14/12/14

Tugas 4 : OPINI TENTANG JOB SEEKER DAN JOB CREATOR


JOB SEEKER VS JOB CREATOR


Job seeker adalah istilah atau label yang dikenakan oleh seseorang yang sedang mencari kerja. Seorang Job seeker biasanya memiliki rutinitas setiap harinya mencari-cari lowongan dan informasi peluang kerja.

Cara yang digunakan atau dilakukan oleh seorang Job seeker untuk mendapatkan informasi lowongan kerja :
  • Job seeker konvensional, yaitu dengan mencari informasi secara langsung ke perusahaan-perusahaan dengan mendatangi kantor mereka satu per satu, atau ada juga yang mendapatkan informasi dari kenalan yang dimilikinya atau mendapatkan informasi dari spanduk, pamphlet atau selebaran yang dilihatnya di tempat-tempat umum. Selain menggunakan cara konvensional.
  • Job seeker Modern, mencari atau mendapatkan informasi peluang kerja dari cara-cara yang modern. Ada yang mendapatkan informasi pekerjaan dari media social seperti page dan status di facebook, twitter, Linked In, situs-situs online, dll. Selain itu ada juga yang bergabung dengan komunitas atau pusat-pusat informasi lowongan pekerjaan via online yang disediakan oleh instansi-instansi tertentu atau yang independen, seperti career center yang dibuat oleh kampus, jobstreet, karir.com, dll.
Untuk saat ini, cara yang paling efektif bagi job seeker untuk mendapatkan informasi lowongan kerja adalah dengan cara-cara yang modern. Dengan cara modern, seorang job seeker dapat lebih efektif dan efisien dalam hal biaya dan waktu untuk mendapatkan dan melamar sebuah pekerjaan.

Melalui cara yang modern, seorang Job seeker tidak perlu menguras tenaga dan waktu yang berlebihan untuk memperoleh informasi, cukup dengan duduk di depan computer dan online, Jobseeker akan mendapatkan informasi yang sangat banyak.

Selain itu, Jobseeker dapat mengirimkan lamarannya hanya melalui email atau mengisi form by online yang telah disediakan oleh instansi/perusahaan terkait, sehingga hal ini dapat menyebabkan efisiensi biaya dan kertas.

Coba bandingkan jika seorang menggunakan cara konvensional, selain biaya yang tinggi, seorang Job seeker juga akan mengeluarkan tenaga dan waktu yang lebih besar. Bayangkan, untuk mendapatkan informasi, seorang job seeker konvensional harus berkeliling kota seharian atau masuk dari satu kantor perusahaan ke kantor perusahaan yang lain hanya untuk menanyakan apakah ada lowongan pekerjaan atau tidak di perusahaan tersebut. Selain itu, seorang Job seeker konvensional harus mengeprint dan memfotocopy berkas-berkas lamaran yang cukup banyak dan menjadikannya berangkap-rangkap. Betapa tidak efisiennya hal tersebut.

Sekedar share bahwa saat ini perusahaan-perusahaan pun cenderung membuka atau menyebarkan informasi lowongan di perusahaan mereka melalui media social dan online. Karena perusahaan pun melihat dan mengakui bahwa cara tersebut merupakan cara yang efektif dan efisien. Efektif dan efisien karena selain biaya yang harus dikeluarkan untuk memasang informasi lowongan ini cukup murah, bahkan ada beberapa yang free, informasi lowongan yang dipasang oleh perusahaan di media online pun akan dilihat, dibaca dan diketahui oleh siapapun dan dimana pun. Sedangkan jika menggunakan metode konvensional, perusahaan akan mengeluarkan biaya yang cukup besar dan belum tentu efektif dan efisien serta mencapai sasaran.

Job creator adalah istilah atau label yang dikenakan oleh seseorang yang menciptakan lapangan kerja.

Perbedaan  seorang Job creator dan Job seeker antara lain :

Job cretor :
  • membuka lapangan pekerjaan
  •  mandiri + independen
  • bebas 
  • lebih kreatif dan dinamis
Job seeker :
  •  terikat waktu dan tugas
  •  gak independen
  •  terkungkung dan terkekang
  •  hanya jadi "pelayan" bagi atasan
Jadi menurut saya ketika kita bisa menjadi seorang Job creator itu akan lebih baik karna dapat membuka lapangan kerja bagi banyak orang, selain itu dalam lingkup yang lebih luas ketika banyak job creator maka akan mengurangi angka pengangguran di Indonesia.


REFERENSI :
·         http://mimpiwaktu.blogspot.com/2010/03/job-creator-or-job-seeker_22.html

31/10/14

TUGAS 3 : ANALISIS JURNAL TENTANG "FRAUD"

TUGAS : Analisis Jurnal "Pengaruh Pengendalian Internal Terhadap Pencegahan Fraud Pengadaan Barang Dan Implikasinya Pada Kinerja Keuangan (Studi pada Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta di Kota Bandung)

Ringkasan Jurnal :
Judul                         : Pengaruh Penerapan Pengendalian Internal Terhadap Pencegahan Fraud      
 Pengadaan Barang Dan Implikasinya Pada Kinerja Keuangan (Studi pada
 Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta di Kota Bandung)
Penulis                        : Eka Ariaty Arfah
Universitas                 : STIE Wira Bhakti Makasar
No Jurnal                   : Jurnal Investasi, Vol. 7 No.2 tahun 2011
Abstrak                      :
The aim of this study is to analysis the effect of internal control applying on good levying fraud prevention and its implication to the financial performance. Survey the sum of 105 responder covering hospital directors, financial director, accounting/finance chief, staff of general section, financial section and supply section on the public and private hospital in Bandung city. Data have been collected by questioner and hospital financial reports. The tools of statistic analysis using multiple regression. The result of this study indicates that there is positive effect of internal control applying on good levying fraud prevention and its implication to the financial performance. Its means that financial performance influenced by internal control applying on good levying fraud prevention and influenced residue by other factors are not included in this study model.
Keyword: Internal control, applying on goods levying fraud prevention, financial performance
Latar Belakang         :
Rumah sakit merupakan salah satu jaringan pelayanan kesehatan yang penting, sarat dengan tugas, beban, masalah dan harapan yang digantungkan kepadanya. Perkembangan jumlah rumah sakit di Indonesia, diikuti pula dengan perkembangan pola penyakit, perkembangan teknologi kedokteran dan kesehatan serta perkembangan harapan masyarakat terhadap pelayanan rumah sakit dan tenaga ahli yang berkualitas dalam bidang kesehatan. Kinerja rumah sakit dapat dilihat dari segi keuangan dan non
keuangan. Namun, menurut Ahmad (2000:21) indikator yang sering digunakan dalam
melakukan penilaian kinerja suatu perusahaan adalah dengan menggunakan pendekatan keuangan dimana informasinya di lihat dari laporan keuangan atau sumber keuangan lainnya. Intensitas pembicaraan mengenai fraud di rumah sakit semakin tinggi, sama halnya yang terjadi di sektor publik lainnya, utamanya sektor pemerintah yang menangani masalah pelayanan umum pada masyarakat. Sebenarnya, niat pemerintah mulai terlihat dan memperhatikan program untuk mengeliminasi fraud yang dilakukan oleh aparat pemerintahan. Hal ini diindikasikan dengan peningkatan peran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK); kejaksaaan, kepolisian, atau Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor). Namun sayangnya, hal ini seperti-nya belum menjadi semacam komitmen untuk dijalankan secara bersama secara konsisten di semua lini.
Tingginya intensitas praktik kecurangan, penipuan, dan penggelapan yang terjadi pada suatu institusi publik maupun privat, dengan segala modusnya, dari yang sederhana sampai yang sangat canggih dan rumit, seharusnya menyadarkan semua pihak untuk membangun komitmen terhadap penerapan tata kelola yang baik secara konsisten dan meluas pada semua lapisan karena tanpa adanya kesadaran dan komitmen akan mengakibatkan tidak tercapainya kinerja keuangan yang baik pada rumah sakit.
Kajian ICW tentang korupsi kesehatan dari 51 kasus korupsi kesehatan yang diusut sampai tahun 2008 dan menimbulkan kerugian negara mencapai 128 milyar hanya mampu menyeret regulator ditingkat lokal Kadinkes dan DPRD serta Direktur Rumah Sakit. Sedangkan korupsi ditingkat middle upper nol. Selain itu, kasus korupsi yang terungkap masih berputar dalam pengadaan barang dan jasa dengan modus markup sebanyak 22 kasus dengan kerugian negara sebesar Rp.103 Milyar. Hanya sebagian kecil korupsi dengan modus penyuapan terung-kap. Padahal modus penyuapan merupakan modus paling banyak dan potensial terjadi terutama korupsi ditingkat middle upper yang mungkin melibatkan pejabat Depkes, DPR, BPOM dan Badan pengawas kesehatan lainnya.
Komponen pengendalian internal antara lain: lingkungan pengendalian (control environment), penilaian risiko (risk assessment), aktivitas pengendalian (control activity), komunikasi dan informasi (information and Communication), dan pemantauan
(monitoring) (Intosai, 2004). Komponen pengendalian internal antara satu dengan lainnya saling berhubungan dan timbul dari proses manajemen. Pengendalian internal  bukanlah suatu kejadian tunggal, tetapi merupakan serang-kaian tindakan dan kegiatan yang meliputi operasi organisasi. Tindakan-tindakan ini melekat dalam metode yang digunakan manajemen untuk melaksanakan ope-rasi sehari-hari. Apabila salah satu komponen tidak dilaksanakan dengan me-madai, maka seluruh pengendalian intern tidak akan berjalan efektif (Ruslan, 2009).
Variabel Penelitian :
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Lingkungan pengendalian (X1), Penilaian Risiko (X2), Kegiatan Pengendalian (X3), Informasi (X4) dan
Komunikasi serta Pemantauan (X5), Pencegahan Fraud Pengadaan Baru (Y)
Metodologi Penelitian :
·         Variabel-variabel yang akan diukur dalam penelitian ini terkait dengan sikap, pendapat dan persepsi maka tipe skala yang digunakan adalah skala Likert. Untuk setiap pertanyaan atau pernyataan dari setiap variabel diberi nilai skor dari yang terendah hinggi tertinggi secara berturut-turut diberikan nilai 1, 2, 3, 4, 5.
·         Untuk menguji pengaruh penerapan pengendalian internal terhadap pencegahan fraud dan implikasinya pada kinerja keuangan adalah menggunakan analisis regresi berganda (multiple regression analysis)
·         Pengujian kualitas data menggunakan Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
·         Pengujian Asumsi Klasik menggunakan Uji Normalitas, Uji Multikolinearitas, Uji Heterokedastisitas.
Hasil Penelitian :
Pengaruh penerapan lingkungan pengendalian, penilaian risiko, kegiatan
pengendalian, informasi dan komunikasi serta pemantauan terhadap pencegahan
fraud pengadaan barang :
a.  Uji Simultan :
Untuk menguji hipotesis pertama mengenai pengaruh pada penerapan lingkungan pengendalian, penilaian risiko, kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi, serta pemantauan secara simultan atau bersama-sama terhadap variabel tidak bebas (pencegahan fraud pengadaan barang) dilihat dari nilai deter-minasi yang diperoleh. Hasil perhitungan koefisien determinasi dalam analisis regresi yang dilakukan diperoleh lebih dari 0 yaitu sebesar 0,742. Koefisien determinasi yang diperoleh memperlihatkan adanya pengaruh positif pada pene-rapan lingkungan pengendalian, penilaian risiko, kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi, serta pemantauan dalam menjelaskan pencegahan fraud pengada-an barang sebesar 74,2%, Sedangkan sisanya 25,8% yang dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini, misalnya saja variabel yang berkaitan dengan kualitas informasi akuntansi, internal audit, intellectual capital atau faktor internal organisasi.
b. Uji Parsial :
  • Untuk melihat pengaruh penerapan lingkungan pengendalian terhadap pencegahan fraud pengadaan barang digunakan hasil perhitungan koefisien regresi. Dari hasil perhitungan analisis regresi yang dilakukan diperoleh koefisien regresi lingkungan pengendalian (X1) sebesar 0,270. Koefisien regresi yang diperoleh tidak sama dengan 0 dan bertanda positif memperlihatkan bahwa pene-rapan lingkungan pengendalian berpengaruh positif terhadap pencegahan fraud pengadaan barang. Artinya semakin baik lingkungan pengendalian akan mening-katkan pencegahan fraud pengadaan barang.
  •  Pengaruh penerapan penilaian risiko terhadap pencegahan fraud pengadaan barang. Untuk melihat pengaruh penerapan penilaian risiko terhadap pencegahan fraud pengadaan barang digunakan hasil perhitungan koefisien regresi. Dari hasil perhitungan analisis regresi yang dilakukan diperoleh koefisien regresi penilaian risiko (X2) sebesar 0,167. Koefisien regresi yang diperoleh tidak sama dengan 0 dan bertanda positif memperlihatkan bahwa penerapan penilaian risiko berpe-ngaruh positif terhadap pencegahan fraud pengadaan barang. Artinya semakin baik penilaian risiko akan meningkatkan pencegahan fraud pengadaan barang.
  • Pengaruh penerapan kegiatan pengendalian terhadap pencegahan fraud pengadaan barang. Untuk melihat pengaruh penerapan kegiatan pengendalian terhadap pencegahan fraud pengadaan barang digunakan hasil perhitungan koefisien regresi. Dari hasil perhitungan analisis regresi yang dilakukan diperoleh koefisien regresi kegiatan pe-ngendalian (X3) sebesar 0,030. Koefisien regresi yang diperoleh tidak sama dengan 0 dan bertanda positif memperlihatkan bahwa penerapan kegiatan pengendalian berpengaruh positif terhadap pencegahan fraud pengadaan barang. Artinya semakin baik kegiatan pengendalian akan meningkatkan pencegahan fraud pengadaan barang.
  •  Pengaruh penerapan informasi dan komunikasi terhadap pencegahan fraud pengadaan barang. Untuk melihat pengaruh penerapan informasi dan komunikasi terhadap pencegahan fraud pengadaan barang digunakan hasil perhitungan koefisien regresi. Dari hasil perhitungan analisis regresi yang dilakukan diperoleh koefisien regresi informasi dan komunikasi (X4) sebesar 0,206. Koefisien regresi yang diperoleh tidak sama dengan 0 dan bertanda positif memperlihatkan bahwa penerapan informasi dan komunikasi berpengaruh positif terhadap pencegahan fraud pengadaan barang. Artinya semakin baik informasi dan komunikasi akan meningkatkan pencegahan fraud pengadaan barang.
  • Pengaruh penerapan pemantauan terhadap pencegahan fraud pengadaan barang. Untuk melihat pengaruh penerapan pemantauan terhadap pencegahan fraud pengadaan barang digunakan hasil perhitungan koefisien regresi. Dari hasil perhitungan analisis regresi yang dilakukan diperoleh koefisien regresi serta pemantauan (X5) sebesar 0,294. Koefisien regresi yang diperoleh tidak sama dengan 0 dan bertanda positif memperlihatkan bahwa penerapan pemantauan berpengaruh positif terhadap pencegahan fraud pengadaan barang. Artinya semakin baik pemantauan akan meningkatkan pencegahan fraud pengadaan barang.
Analisis Jurnal :
Terdapat pengaruh positif pada penerapan lingkungan pengendalian, penilaian resiko, kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi serta pemantauan baik secara terhadap pencegahan fraud pengadaan barang. Artinya semakin baik lingkungan pengendalian, semakin baik penilaian resiko, semakin baik kegiatan pengendalian, semakin baik informasi dan komunikasi akan meningkatkan pencegahan fraud. Dari hasil penelitian ini di temukan bahwa  pemantauan mempunyai pengaruh yang paling penting dalam pencegahan fraud  pengadaan barang.
Upaya mencegah fraud dapat dimulai dari pengendalian intern. untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya kecurangan laporan keuangan pada perusahaan dan meminimalkan auditor eksternal untuk melegalkan bukti-bukti yang palsu pada laporan keuangan, pengimplementasian dari pengen-dalian intern setidaknya dapat mengurangi kolusi manajemen mengenai fraud.

Recent Posts

Recent comments