DESKRIPSI
TAHAPAN INDONESIA DALAM MENGADOPSI IFRS
International Financial
Reporting Standards (IFRS) merupakan standar akuntansi internasional yang
diterbitkan oleh International Accounting Standard Board (IASB).
Tujuan dari dibuatnya
standar akuntansi internasional ini adalah untuk mengembangkan dan mendorong
penggunaan suatu standar akuntansi yang dapat dimengerti, diterapkan, dan di
terima secara global atau internasional. Dengan adanya standar internasional
ini, diharapkan dalam penyusunan dan pelaporan akuntansi keuangan perusahaan
memiliki kualitas yang tinggi, transparan, dan dapat dibandingkan secara
internasional. Standar akuntansi internasional ini disusun oleh 4 organisasi
utama dunia, yaitu Badan Standar Akuntansi Internasional (IASB), Komisi Masyarakat
Eropa (EC), Organisasi Internasional Pasar Modal (IOSOC) dan Federasi Akuntansi
Internasional (IFAC).
IFRS saat ini
diterbitkan dan dikelola oleh IASB, sebuah dewan standar independen yang
berbasis di London. IASB didahului oleh IASC,yang didirikan pada tahun 1973
sebagai hasil dari keterlibatan badan-badan akuntansi dari berbagai
negara. Badan-badan ini merupakan dewan IASC pada saat itu, mereka
merupakan bagian dari International Federation of Accountans (IFAC)
sebagai organisasi induk IASC.
Dalam melakukan
konvergensi IFRS, terdapat dua macam strategi adopsi, yaitu big bang strategy
dan gradual strategy. Big bang strategy mengadopsi penuh IFRS sekaligus, tanpa
melalui tahapan-tahapan tertentu. Strategi ini digunakan oleh negara -negara
maju. Sedangkan pada gradual strategy, adopsi IFRS dilakukan secara bertahap.
Strategi ini digunakan oleh negara – negara berkembang seperti Indonesia.
Terdapat 3 tahapan
dalam melakukan konvergensi IFRS di Indonesia, yaitu:
1. Tahap Adopsi (2008 – 2011), meliputi aktivitas
dimana seluruh IFRS diadopsi ke PSAK, persiapan infrastruktur yang diperlukan,
dan evaluasi terhadap PSAK yang berlaku. Tahap adopsi dilakukan pada periode
2008-2011. Pada 2009 proses adosi IFRS/IAS mencakup :
·
IFRS 2 Share-based payment
·
IFRS 3 Business combination
·
IFRS 4 Insurance contracts
·
IFRS 5 Non-current assets held for sale
and discontinued operations
·
IFRS 6 Exploration for and evaluation of
mineral resources
·
IFRS 7 Financial instruments disclosures
·
IFRS 8 Segment reporting
·
IAS 1 Presentation of financial
statements
·
IAS 8 Accounting policies, change in
accounting estimates
·
IAS 12 Income taxes
·
IAS 21 The effects of changes in foreign
exchange rates
·
IAS 26 Accounting and reporting by
retirement benefit plans
·
IAS 27 Consolidated and separate financial
statements
·
IAS 28 Invesments in associates
·
IAS 31 Interest in joint ventures
·
IAS 36 Impairment of assets
·
IAS 37 Provisions, contingent
liabilities and contingent assets
·
IAS 38 Intangible assets
Pada
tahun 2010 adopsi IFRS/IAS mencakup :
·
IFRS 7 Statement of Cash Flows
·
IFRS 20 Accounting for geverment grant
and disclosure of government assistance
·
IFRS 24 Related party disclosures
·
IFRS 29 Financial reporting in
hyperflationary economies
·
IFRS 33 Earnings per share
·
IFRS 34 Interim financial reporting
·
IFRS 41 Agriculture
2. Tahap
Persiapan Akhir (2011), dalam tahap ini dilakukan penyelesaian terhadap
persiapan infrastruktur yang diperlukan. Selanjutnya, dilakukan penerapan
secara bertahap beberapa PSAK berbasis IFRS.
3. Tahap
Implementasi (2012), berhubungan dengan aktivitas penerapan PSAK IFRS secara
bertahap. Kemudian dilakukan evaluasi terhadap dampak penerapan PSAK secara
komprehensif.
Definisi arti kata
konvergensi adalah dua benda atau lebih bertemu/bersatu di suatu titik;
pemusatan pandangan mata ke suatu tempat. Dalam hal ini, konvergensi IFRS
berarti bahwa standar akuntansi yang berlaku di Indonesia akan sesuai dengan
standar yang ada di internasional. Alasan perlu adanya standar akuntansi
internasional ada empat macam, yaitu:
1. Peningkatan
daya banding laporan keuangan dan memberikan informasi yang berkualitas di
pasar modal internasional.
2. Menghilangkan
hambatan arus modal internasional dengan mengurangi perbedaan dalam ketentuan
pelaporan keuangan.
3. Mengurangi
biaya pelaporan keuangan perusahaan multinasional dan biaya untuk analisis
keuangan bagi para analis.
4. Meningkatkan
kualitas pelaporan keuangan menuju “best practice”.
Indonesia melakukan
konvergensi IFRS ini karena Indonesia (diwakili Presiden SBY) sudah memiliki
komitmen dalam kesepakatan negara-negara G-20. Tujuan dari kesepakatan tersebut
adalah untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam pelaporan keuangan.
Selain itu, konvergensi IFRS ini memiliki manfaat lain seperti meningkatkan
arus investasi global melalui keterbandingan laporan keuangan (saat ini sekitar
120 negara sudah berkomitmen untuk melakukan konvergensi dengan IFRS)
Pada bulan Desember
2008, Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) telah mencanangkan konvergensi PSAK ke
IFRS secara penuh pada tahun 2012. Dan mulai Januari 2012, Indonesia sudah
mengadopsi IFRS secara penuh. Di Indonesia, sebagai salah satu negara
berkembang, proses atau tahapan dalam pengadopsian IFRS dilakukan secara
bertahap (gradual strategy), dan ditargetkan akan selesai pada tahun 2012.
Dalam melakukan konvergensi
IFRS di Indonesia, dimulai dari tahap adopsi (2008-2011) dimana IFRS diadopsi
ke PSAK, persiapan infrastruktur yang diperlukan dan evaluasi terhadap PSAK
yang berlaku. Setelah itu masuk pada tahap persiapan akhir (2011), dimana tahap
ini akan dilakukan penyelesaian terhadap persiapan infrastruktur yang
diperlukan. Selanjutnya dilakukan penerapan secara bertahap beberapa PSAK
berbasis IFRS. Dan tahap terakhir adalah tahap implementasi (2012), berhubungan
dengan aktivitas penerapan PSAK IFRS secara bertahap yang kemudian dilakukan
evaluasi terhadap dampak penerapan PSAK berbasis IFRS tersebut secara
komprehensif. PSAK berbasis IFRS ini wajib di terapkan oleh perusahaan yang
memiliki akuntabilitas publik, sedangkan perusahaan lokal yang tidak memiliki
akuntabilitas publik tidak diwajibkan.
Dengan mengadopsi IFRS
berarti ada pergeseran atau perubahan standar yang digunakan dalam penyusunan
dan pelaporan laporan keuangan perusahaan, terutama dalam istilah, bentuk atau
format dan komponen laporan keuangan serta item yang diungkapkan dalam laporan
keuangan. Laporan keuangan harus diterjemahkan kedalam bahasa yang diterima
secara global agar mudah dibandingkan. Laporan keuangan yang mengadopsi IFRS
terdiri dari laporan posisi keuangan, laporan laba/ rugi komprehensif, laporan
perubahan equitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. Dan
informasi yang diungkapkan yaitu asset, liabilities, ekuitas, pendapatan dan
beban termasuk keuntungan dan kerugiannya, kontribusi dari dan distribusi
kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik dan arus kas. demikian juga
dengan merger, akuisisi, kebijakan pajak dan perencanaan keuangan perusahaan.
Pengaruh adopsi IFRS
lainnya yaitu berkaitan dengan pengakuan dan pengukuran yang menggunakan
prinsip nilai wajar (fair value) dibandingkan dengan biaya historis. Sasaran
konvergensi IFRS tahun 2012 adalah merevisi PSAK agar secara material sesai
dengan IFRS versi 1 Januari 2009 yang berlaku efektif 1 Januari 2012.
Berdasarkan Ikatan
Akuntansi Indonesia (IAI), mulai januari 2012, Indonesia sudah mengadopsi IFRS
secara penuh/ adopsi seluruh. Hal ini dikarenakan Indonesia merupakan salah
satu negara yang tergabung sebagai anggota G-20 yang ingin menciptakan suatu
standar yang berlaku secara internaional, yang ini berarti Indonesia harus
mengikuti ketentuan yang telah disepakati bersama yang mengharuskan konvergensi
ke IFRS.
Meskipun pada awalnya
sebelum tahun 2012 Indonesia juga sudah mengadopsi IFRS, tetapi saat itu
sifatnya masih harmonisasi yang bertahap, yang disesuaikan dengan kondisi
ekonomi, politik dan sistem pemerintahan di indonesia, dan pada tahun 2012,
Indonesia ditetapkan sudah mengadopsi IFRS secara menyeluruh. Harmonisasi ini
merupakan proses untuk meningkatkan kesesuaian praktik akuntansi dengan menentukan
batasan-batasan seberapa besar praktik tersebut dapat beragam. Suatu negara
tidak mengikuti sepenuhnya standar yang berlaku internasional, tetapi membuat
agar standar akuntansi mereka tidak bertentangan dengan standar akuntansi
internasional. Harmonisasi ini membuat standar akuntansi keuangan sejalan
dengan standar akuntansi internasional. Adopsi secara penuh ke IFRS akan
merubah prinsip akuntansi yang selama ini dipakai menjadi suatu standar
akuntansi yang berlaku secara internasional. Konvergensi ke standar
internasional berarti menunjuk hanya pada satu standar yang berlaku dan
digunakan oleh semua negara secara internasional. Dengan adanya harmonisasi
bahkan konvergensi ke IFRS diharapkan akan membuat informasi akuntansi menjadi
lebih berkualitas seperti komparabilitas dan relevansi.
Dengan mengadopsi IFRS,
laporan keuangan yang dibuat berdasarkan PSAK tidak memerlukan rekonsiliasi
dengan laporan keuangan derdasarkan IFRS. Adopsi IFRS diharapkan dapat
memberikan manfaat, seperti:
1. Memudahkan
pemahaman atas laporan keuangan dengan menggunakan SAK dikenal secara
internasional.
2. Meningkatkan
arus invetasi global.
3. Menurunkan
biaya modal melalui pasar modal global dan menciptakan efisiensi penyusunan
laporan keuangan.
Adapun dampak konvergensi IFRS terhadap
bidang pendidikan, antara lain:
- Perubahan mind
stream dari rule-based ke principle-based.
- Banyak menggunakan professional
judgement.
- Banyak menggunakan fair value
accounting.
- IFRS selalu berubah dan konsep yang
digunakan dalam suatu IFRS dapat berbeda dengan IFRS lain.
- Semakin meningkatnya ketergantungan ke
profesi lain.
- Perubahan text-book dari US
GAAP ke IFRS.
Sementara itu, dampak konvergensi IFRS
terhadap bisnis adalah sebagai berikut:
- Akses ke pendanaan internasional akan
lebih terbuka karena laporan keuangan akan lebih mudah dikomunikasikan ke
investor global.
- Relevansi laporan keuangan akan
meningkat karena lebih banyak menggunakan nilai wajar.
- Disisi lain, kinerja keuangan (laporan
laba-rugi) akan lebih fluktuatif apabila harga-harga fluktuatif.
- Smoothing income menjadi semakin
sulit dengan menggunakan balance sheet approach dan fair value.
- Principle-based standards mungkin
menyebabkan keterbandingan laporan keuangan sedikit menurun yakni apabila
penggunaanprofessional judgement ditumpangi dengan kepentingan untuk
mengatur laba (earning management).
- Penggunaan off balance
sheet semakin terbatas.